Senin, 14 Maret 2011

Sejarah Gladian Nasional Pecinta Alam Indonesia


Gladian Nasional merupakan pertemuan akbar pecinta alam se Indonesia. Menurut bahasa berasal dari “gladi” (bahasa Jawa) yang mempunyai arti “latihan” sehingga Gladian Nasional bisa diartikan sebagai “ajang latihan” bagi para pecinta alam guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bidang kepecintaalaman dan kegiatan alam bebas. Gladian Nasional juga berperan sebagai wahana silaturahmi dan berbagi pengetahuan antar perkumpulan pecinta alam se Indonesia.

Pada awalnya kegiatan ini diadakan oleh WANADRI sebagai ajang latihan bagi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam gladian ini antara lain mountaineering, pengenalan SAR, acara kekeluargaan, serta tukar menukar informasi dan pengalaman. Selain anggota WANADRI dalam kegiatan ini diundang pula beberapa perhimpunan- perhimpunan pencinta alam dan pendaki gunung yang ada di Jawa.

Dalam acara gladian yang kemudian dikenal sebagai Gladian Nasional I ini hadir 109 orang dari 18 perhimpunan. Pada kesempatan itu pula akhirnya disepakati bersama untuk menyelenggarakan gladian-gladian selanjutnya sebagai media pertemuan dan latihan pencinta alam dan pendaki gunung di Indonesia.

Salah satu Gladian Nasional yang fenomenal adalah Gladian Nasional IV yang berlangsung di Sulawesi Selatan di mana dalam gladian ini berhasil disepakati Kode Etik Pecinta Alam Indonesia yang masih dipergunakan oleh berbagai perkumpulan pecinta alam di Indonesia hingga sekarang.

Meskipun tidak rutin dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu namun Gladian Nasional telah berhasil dilaksanakan beberapa kali. Berikut adalah daftar pelaksanaan Gladian Nasional:

  • Gladian Nasional I diselenggarakan oleh WANADRI pada tanggal 25 – 29 Februari 1970 di tebing Citatah Jawa Barat.
  • Gladian Nasional II diselenggarakan pada tahun 1971 di Malang Jawa Timur yang diselenggarakan oleh TMS 7 Malang.
  • Gladian Nasional III diselenggarakan di Pantai Carita, Labuhan, Jawa Barat pada bulan Desember 1972. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Pencinta alam dan Penjelajah alam se-Jakarta.
  • Gladian Nasional IV diselenggarakan di P. Kahyangan dan Tana Toraja Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1974. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Badan Kerja sama Club Antarmaja pencinta Alam se-UjungPandang. Dalam gladian IV yang dihadiri oleh 44 perhimpunan organisasi pecinta alam ini berhasil menyepakati Kode Etik Pecinta Alam Indonesia yang masih dipergunakan hingga sekarang.
  • Gladian Nasional V diselenggarakan di Jawa Barat pada bulan Mei 1978. Gladian ini semula direncanakan dilaksanakan pada tahun 1974 namun baru bisa berhasil diselenggarakan pada tahun 1978 oleh WANADRI bekerja sama dengan berbagai perhimpunan organisasi Pecinta Alam (dan sejenisnya) se Jawa Barat.
  • Gladian Nasional VII diselenggarakan di Kalimantan Tengah.
  • Gladian Nasional IX dilaksanakan di Lampung pada bulan Januari 1989.
  • Gladian Nasional X diselenggarakan di Jawa Barat pada tanggal 5–10 September 1994.
  • Gladian Nasional XI dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 4–11 Agustus 1996.
  • Gladian Nasional XII dilaksanakan di Jawa Timur dari tanggal 28 Mei- 5 Juni 2001.
  • Gladian Nasional XIII dilaksanakan pada tanggal 7-17 Agustus 2009 di Mataram Nusa Tenggara Barat.
  • Selanjutnya tunggu info lagi....dan dengar2 akandaksanakan di sumbar..

AGAR TIDAK TERSESAT

ANDA TERSESAT..?

Selama dalam pendakian, ada baiknya memperhatikan keadaan alam sekitar yang bisa dijadikan tanda yang tidak mudah dilupakan, seperti tumpukan batu raksasa, pohon besar dan tinggi, pohon tumbang, dan aliran sungai. Tanda-tanda alam tersebut bisa digunakan sebagai rambu pemandu kejalur semula bila kebetulan tersesat. Bila berada pada suatu ketinggian, tiba-tiba mendengar suara musik, suara azan, suara deru motor, atau melihat cahaya lampu yang seolah-olah jaraknya tidak jauh, apalagi pada malam hari, sebenarnya kondisi seperti itu hanya tipuan pada pendengaran dan penglihatan, ketika kondisi fisik sudah melemah dan mental menurun. Oleh karena itu, timbul keinginan untuk secepatnya menuju kearah datangnya suara atau sinar tadi. Tanpa disadari kita sudah keluar dari jalur yang mengakibatkan terjebak pada situasi medan yang menyesatkan. Jangan coba-coba melakukan jalan pintas atau potong kompas kalau tidak tahu tehniknya, apalagi bila tidak membawa peta dan kompas.

Perjalanan yang menyesatkan bisa juga karena mengikuti aliran sungai. Memang betul aliran sungai dari gunung aka mengalir kedataran rendah, mungkin juga melintasi sebuah perkampungan penduduk. Tapi harus diingat bahwa aliran sungai umumnya memiliki jeram atau air terjun yang dapat menyulitakan bahkan menyesatkan.

Bila kita sudah menyadari telah salah jalur atau tersesat, yang pertama harus kita lakukan adalah jangan panik!! lebih baik berhenti dan istirahat dulu (minum air, makan sepotong coklat) Sambil memberi tanda lokasi istirahat dengan tanda yang mencolok/mudah diingat, seperti: mengikat batang/ranting perdu, mematahkan beberapa ranting pohon/perdu, mengikat serumpun alang-alang, dan lakukan pengamatan medan sekitar.

Dari lokasi istirahat yang telah diberi tanda jejak tadi, cobalah berjalan kearah empat penjuru mata angin selama 15-20 menit. Bila belum ditemukan jalur resmi pada satu arah mata aingin setelah berjalan 15-20 menit, berilah tanda jejak pada lokasi tersebut. Kemudian kembali kelokasi semula yang telah diberi tanda jejak (lokasi istirahat). Demikian selanjutnya, pada arah mata angin yang lain bila jalur resmi belum ditemukan. Jarak dan waktu tempuh mencari jalur resmi bisa diperpanjang asalkan tidak lupa memberikan tanda-tanda jejak pada kawasan yang pernah dilewati. Bila tidak cukup waktu atau hari sudah menjelang sore, sebaiknya mulai mendirikan tenda kalau tidak ada dirikanlah shelter alam (bivak), jangan memaksakan diri melakukan pencarian jalur resmi dimalam hari, lebih baik digunakan untuk istirahat dan menambah kalori dengan makan dan minum. Baru keesokan harinya bisa dilanjutkan pencarian jalurnya.

Terkadang ada jalur yang tertutup semak belukar, alang-alang, dan pohon tumbang, karena jarang dilewati pendaki. Bila pencarian jalur resmi dilakukan dengan sabar dan tidak panik, percaya diri serta kal sehat, cepat atau lambat akan dapat ditemukan.

Kalau tersesatsebaiknya kita tenang dan ingat rumus : STOP

S = Stop/Seating:Berhentilah dan beristirahat dengan santai, dan berusahalah untuk tidak panik, segera hilangkan kepanikan (kalau emang sudah panik). Kalo perlu makan coklat dulu biar tenang......

T = Thinking:Berpikir secara jernih (logik) dalam situasi yang sedang dihadapi.

O = Observation:Lakukan pengamatan/observasi medan disekitar kita, kemudian tentukan arah dan tanda-tanda alam yang dapat kita mamfaatkan atau yang harus kita hindari.

P = Planning:Buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila kita sudah memutuskan sesuatu yang akan kita lakukan.


MAPAKA HANG TUAH PEKANBARU
LESTARI....................

Sabtu, 19 Februari 2011

PENGETAHUAN DASAR MENDAKI GUNUNG


Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota.

Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.


Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Gede, Pangrango atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala kadarnya.

Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.

Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.


Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998 sampai dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29 orang selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)


Data lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat telah memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000 orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode pendakian.


Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:

1.Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.

2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.

3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.

4.Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.

5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.

6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.

7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.


Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.



Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].



Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.



Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.

Persiapan mendaki gunung

Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.

*

Kesiapan mental.

Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.

*

Kesiapan fisik.

Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.

*

Kesiapan administrasi.

Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.

*

Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.

Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC [emergency medical care] praktis.

Perencanan pendakian.

Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita daki.

Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan sebagainya.

Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.

Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.

Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.

Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.

*

Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
*

Masukkan dalam kantong plastik.
*

Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
*

Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
*

Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
*

Buat Checklist barang barang tersebut.


Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :

1.

Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
2.

Gunung berapi strato
3.

Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.

Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club “Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.

1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)

*

class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
*

class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
*

class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
*

class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
*

class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
*

class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss

Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 – 6 sudah dapat dikatagorikan sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing [Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial climbing [Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice climbing .

Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.

2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)

*

grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam
*

grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
*

grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
*

grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
*

grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
*

grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan

Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi panjat tebing.

3. Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan

*

A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki
*

A2 ;aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]
*

A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasngan yang sangat teliti dan fall-faktor yang tidak terlal;u berbeban tinggi. Bila fall faktor tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
*

A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk menguatkan mental pendaki


4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian

Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]

Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.

YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.

Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa.

Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet.

Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c

Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek.

Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :

*

5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
*

5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
*

5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
*

5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
*

5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
*

5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
*

5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan


Makanan (logistik).

Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.

Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.

Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak banyak memakan tempat didalam ransel.

Peralatan lain

Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.

Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.






Pengetahuan Dasar Survival



Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.

Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup. Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk improvisasi.

Statistik membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan pengalamannya.

Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.

Dalam keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.

Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.

Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :



1.

Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3 sampai 5 menit.
2.

Selanjutnya dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
3.

Istirahat, sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
4.

Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5.

Tubuh manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.


Sikap dalam Survival



Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan dengan tubuh.

Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :



1.

Kesiapan mendiskusikan dengan jelas “apakah anda ingin hidup ?”, ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2.

Kemampuan untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan air adalah penting.

Mengapa ada Survival ?



Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

*

Keadaan alam (cuaca dan medan)
*

Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
*

Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
*

Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita.


Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

*

Keadaan alam (cuaca dan medan)
*

Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
*

Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)


Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.




Definisi Survival



Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;




Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat



Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :




Stop & seating / berhenti dan duduklah
Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Kebutuhan survival

Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :

1.

Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat, Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
2.

Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari pertolongan
3.

Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll
4.

Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll


Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :

1.

Mengkoordinasi anggota
2.

Melakukan pertolongan pertama
3.

Melihat kemampuan anggota
4.

Mengadakan orientasi medan
5.

Mengadakan penjatahan makanan
6.

Membuat rencana dan pembagian tugas
7.

Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8.

Membuat jejak dan perhatian
9.

Mendapatkan pertolongan


Bahaya-bahaya dalam Survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :

Ketegangan dan panik



Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental




Matahari / panas

*

Kelelahan panas
*

Kejang panas
*

Sengatan panas
*

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi.


Pencegahan keadaan panas :

*

Aklimitasi
*

Persedian air
*

Mengurangi aktivitas
*

Garam dapur
*

Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong


Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah :D emam, Disentri, Typus, Malaria

Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih

Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan

*

■ Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
*

■ Penyebab : Makanan dan minuman beracun
*

■ Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat atau di tohok anak tekaknya


Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan



Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]




Membuat Bivouck (Shelter)



Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan binatang.




Macam –macam bivouck :

1.

Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua.
2.

Shelter buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]


Syarat bivouck :

*

Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
*

Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
*

Bukan sarang nyamuk/serangga
*

Bahan kuat
*

Jangan terlalu merusak alam sekitar
*

Terlindung langsung dari angin

Mengatasi Gangguan Binatang

Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut [dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk




Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk mencegah pembengkakan

Gigitan Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.

Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut

Kalajengking dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan

Ular dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]




Membaca Jejak



Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan, maksudnya adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.

Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.

Air

Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.

Ada air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk memperoleh air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka dapat dengan cara memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless]

Air dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.
Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.

Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai besar, air sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan

Berikutnya air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.




Makanan



Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi, tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :

*

Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
*

Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
*

Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya.
*

Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
*

Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam


Note ;



Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan, Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.





Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah]




Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :

*

Batang pohon pisang (putihnya)
*

Bambu yang masih muda (rebung)
*

Pakis dalamnya berwarna putih
*

Sagu dalamnya berwarna putih
*

Tebu


Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :

*

Selada air
*

Rasamala (yang masih muda)
*

Daun mlinjo
*

Singkong



Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :



Ubi jalar, talas, singkong

Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet

Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :

*

Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya adalah :
*

Mempunyai warna mencolok
*

Baunya tidak sedap
*

Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
*

Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
*

Bila diraba mudah hancur
*

Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
*

Tumbuh dari kotoran hewan
*

Mengeluarkan getah putih



Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya.




Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :

*

Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
*

Binatang yang mengandung racun : penyu laut
*

Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung


Api



Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.




Cara membuat api dalam keadaan darurat :

*

Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
*

Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
*

Busur dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren


Survival kits



Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau juga dapat digunakan selama perjalanan.




Beberapa contoh survival kits adalah :

*

Mata pancing /kait
*

Pisau / sangkur / vitrorinoc
*

Tali kecil
*

Senter
*

Cermin suryakanta, cermin kecil
*

Peluit
*

Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
*

Tablet garam, norit
*

Obat-obatan pribadi
*

Jarum + benang + peniti
*

Ponco / jas hujan / rain coat
*

Lain-lain




Pengetahuan Dasar Navigasi Darat



Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.

Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.

Beberapa media dasar navigasi darat adalah :

Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :

*

Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
*

Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
*

Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
*

Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
*

Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
*

Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.


Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.

Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Koordinat

Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1.

Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
2.

Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).


Analisa Peta



Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.



1.

Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.

Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
*

Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
*

Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah
*

Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
*

Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
*

Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:

1.
1.

Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
2.

Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
3.

Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
4.

Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
5.

Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
6.

Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
7.

Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
8.

Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan

Kompas



Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :



*

Badan, tempat komponen lainnya berada
*

Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
*

Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.

Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.





Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat





Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.



Orientasi Peta



Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:

1.

Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
2.

Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
3.

Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
4.

Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5.

Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.


Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.




Resection



Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).

Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:

1.

Lakukan orientasi peta
2.

Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.

Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.

Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.

Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
6.

Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.


Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:

1.

Lakukan orientasi peta
2.

Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.

Bidik obyek yang kita amati
4.

Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5.

Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6.

Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.


Azimuth – Back Azimuth



Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:

*

Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
*

Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º


Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1.

Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2.

Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
3.

Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4.

Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
5.

Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.


Merencanakan Jalur Lintasan



Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.

Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.

Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.

Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.

Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.




Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1.

Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.

Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3.

Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
4.

Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.

Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.


Penampang Lintasan



Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan.




Beberapa manfaat penampang lintasan :

1.

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2.

Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
3.

Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
4.

Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.


Langkah-langkah membuat penampang lintasan:

1.

Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2.

Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya.
3.

Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4.

Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar.
5.

Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.

Ingatlah hai engkau penjelahan alam :

1.

Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.

Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.

Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]


dan senantiasa ;

1.

Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.

Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3.

Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin




Management Perjalanan & Peralatan



Persiapan

Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.

Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:

*

Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan
*

Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam- macam. When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama

Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :

*

Bagaimana kondisi lokasi
*

Bagaimana cuaca disana
*

Bagaimana perizinannya
*

Bagaimana mendapatkan air
*

Bagaimana pengaturan tugas panitia
*

Bagaimana acara akan berlangsung
*

Bagaimana materi yang disampaikan
*

dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)


Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :

1.

Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
2.

Pengurusan perizinan
3.

Pembagian tugas panitia
4.

Persiapan kebutuhan acara
5.

Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6.

dan lain sebagainya.


Yang tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.

Packing

Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :

1.

Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2.

Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :

*

Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.
*

Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
*

Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
*

Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.


Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benar-benar perlu.

Memilih dan Menempatkan Barang

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.

Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.

Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.

Menyimpan Pakaian ;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.

Menyimpan Makanan ;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.

Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.

Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.

Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling aman.

Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.

Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi standard.

1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.

2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.

3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.

4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.

5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].

6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.

7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.

8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.

9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.

10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits [lihat pada bagian lain]


semoga bermanfaat buat kita semua....
lestari........

Selasa, 11 Januari 2011

Kisah Edelweis

Ana menatap langit. Awan mulai menghitam. Cahaya mentari pagi yang lembut perlahan mulai memudar. Sebentar lagi mendung akan menyelimuti Padang Edelweis. Sebentar lagi mendung akan menyertai duka di hatinya.

Ana menundukkan wajah. Matanya tertuju pada kuntum-kuntum Edelweis yang tergenggam erat dalam kedua belah telapak tangannya. Edelweis yang dipetik oleh kekasihnya seminggu lalu. Edelweis yang didambakan sebagai hadiah ulang tahunnya. Edelweis yang telah menyebabkan lenyapnya Agil, kekasihnya.

Angin berhembus kencang, memporak-porandakan tatanan rambutnya. Hawa dingin mulai terasa menyusupi tulang-belulang. Ana kembali menatap langit. Gelap. Anto dan Abuh, kedua sahabatnya yang sejak awal berada di sisinya melakukan gerakan yang sama. Gerimis mulai turun membasuh hamparan Edelweis. Gerimis di mata Ana mulai mengaliri pipinya yang bersih. Satu demi satu butirannya jatuh menetesi kuntum-kuntum Edelweis yang berada dalam genggaman tangannya.

Rasa dingin kian menyengat. Mereka bertiga tetap berdiri bertahan dalam diam. Seluruh kata-kata tertahan oleh duka dalam rongga hati. Dibiarkannya gerimis membasahi tubuh mereka. Dibiarkannya rasa dingin menyusupi tulang belulang.

Ana menundukkan wajah kembali. Matanya kembali menatap kuntum-kuntum Edelweis dalam genggamannya. Kuntum-kuntum itu telah basah dibasuh gerimis dan air matanya. Perlahan…..tatapannya terberai. Bait-bait kenangan perlahan merayapi kelopak matanya. Ia tak kuasa untuk menepisnya, hingga bait-bait kenangan itu menghalangi pandangannya…..

Peristiwa dua hari sebelum lenyapnya Agil terbayang jelas dalam kelopak matanya…..

“Aku mau naik, An,” Agil berkata pelan sambil menatap Ana dengan sorot matanya yang lembut.

“Naik?” Ana mengernyitkan keningnya.

“Ya. Aku mau naik gunung hari ini.”

“Kemana?”

“Papandayan!”

“Sendirian?”

“Nggak, aku berdua dengan Anto.”

Ana terdiam sejenak. Matanya menatap wajah Agil. Agil balas menatap dengan senyum kecil menghias wajahnya.

“Aku ingin kamu batalkan niatmu itu, Gil!” pinta Ana.

“Nggak bisa, An,” jawab Agil lembut.

“Kenapa?” Ana menyelidik.

“Ini panggilan jiwa, An.”

“Panggilan jiwa?” Ana menarik nafasnya sejenak. “Tiap kali aku bertanya, kenapa kamu naik gunung? Kamu selalu menjawab seperti itu!” nada suaranya mulai meninggi. “Aku sama sekali tak pernah mengerti dengan jawabanmu itu!” lanjut Ana dengan mimik wajah menampakkan kekesalan.

“Panggilan jiwaku untuk naik gunung adalah sama dengan panggilan jiwaku untuk selalu berada dekat di sisimu, An,” ujar Agil dengan nada suara biasa, datar. “Gunung adalah sahabat, An,” Agil menambahkan.

“Ya! Jawabanmu tak pernah berubah, selalu seperti itu, tapi kenyataannya kamu lebih mencintai gunung ketimbang aku!” Ana menghela nafas sejenak. “Hampir seluruh waktu senggangmu kamu habiskan di gunung, sepertinya kamu tak pernah punya waktu sedikitpun untukku!” lanjutnya penuh emosi.

“Tidak, An, cintaku kepadamu tetap melebihi segalanya,” sergah Agil penuh keyakinan. Ia ingin meredam emosi dan kecemburuan yang sedang mengusik kekasihnya. “Dan aku selalu punya waktu untuk menemanimu,” sambungnya dengan senyum kecil di bibirnya yang tipis.

Ana terdiam. Ditelannya senyum kecil Agil bersama kata-katanya yang terasa mampu meredam gejolak emosi dalam dadanya. Tapi dalam dadanya masih bersemayam perasaan cemas. Ia takut jika Agil lebih mencintai gunung ketimbang dirinya. Ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa Agil saat mendaki gunung. Dan yang pasti…..ia takut kehilangan Agil.

“Apa kamu nggak bosan hampir tiap minggu naik gunung?” Ana kembali melontarkan pertanyaan. “Aku selalu khawatir jika kamu berada di gunung.”

“Sudah aku katakan tadi, bahwa itu pangilan jiwa dan aku tak pernah merasa bosan untuk naik gunung,” Agil menjawab tenang. “Kamu tak usah mengkhawatirkan aku, An, …..aku bisa jaga diri dengan baik.”

Terbersit sinar kekhawatiran yang mendalam dari mata Ana saat mendengar jawaban cowok yang berada di hadapannya. Cowok yang telah dua tahun menjadi penghuni hatinya. Cowok yang selalu hadir memberi warna-warna indah buah tidurnya.

“Gil, apa kamu nggak ingat, bahwa lusa nanti aku ulang tahun?” Ana mengingatkan hari ultahnya. “Aku ingin merayakannya bersamamu!”

“Aku ingat, An. Aku…..”

“Bohong! Kalau kamu ingat, kenapa kamu mau naik gunung sekarang?” Ana memotong kata-kata Agil dengan nada suara yang meninggi.

“Sungguh, An, aku ingat. Aku akan kembali tepat di hari ulang tahunmu dan kita akan merayakannya bersama…..”

“Dusta! Kalau kamu sudah berada di gunung, kamu tak pernah ingat waktu. Tahun lalu pun kamu berkata seperti itu, tapi nyatanya kamu tak hadir di hari ulang tahunku. Kamu masih asyik di gunung!” Ana menyentuh bibir matanya, menahan air matanya yang ingin keluar. “Padahal…..aku sangat mengharapkan kamu hadir pada saat itu…..” Ana tak mampu untuk meneruskan kata-katanya. Ia rasakan air matanya telah jatuh mengaliri pipinya. Bergegas ia menghapusnya, namun perlahan air mata itu masih terus mengalir membasahi pipinya yang bersih.

Agil terdiam. Perasaan salah mengerubuti jiwanya.

“Sungguh, An, aku berjanji, aku akan kembali di hari ulang tahunmu,” Agil berkata lembut. Jari-jemari tangannya membelai pipi Ana. Meghapus butiran air bening yang mengalir dari mata Ana. “Aku cuma dua hari di sana…..setelah itu kita masih punya empat hari sisa liburan sekolah dan akan kuisi hari-hari itu bersamamu, An,” lanjutnya, berjanji.

Ana menghela nafas. Ditelannya janji Agil bersama air matanya. Tak kuasa rasanya ia untuk mencegah keinginan kekasihnya. Sia-sia, itulah yang akan ia alami jika ia tetap bersikeras menahan kepergian Agil untuk naik gunung. Apalagi Agil sudah berada dalam keadaan siap dengan ransel biru menggantung di bahu kirinya. Kini ia hanya bisa berharap Agil dapat mewujudkan janjinya.

“Bagaimana, An, boleh kan aku naik gunung?” Agil bertanya lembut.

Ana menatap wajah kekasihnya. Kemudian mengangguk.

“Terima kasih, An,” ucap Agil sambil mengecup kening Ana.

Ana tersenyum bahagia. “Tapi…..jika kamu kembali, aku ingin kamu bawakan aku bunga Edelweis!” suaranya lembut mengadung tuntutan.

Agil tercengang. Alis matanya naik dan bola matanya nampak membesar. “Maaf, An. Aku tak bisa memenuhi permintaanmu itu.”

“Kenapa?” Ana menyelidik.

“Itu berarti aku berkhianat pada alam dan sumpahku sebagai seorang pencinta alam,” jelas Agil. “Aku tak sampai hati untuk memisahkan bunga-bunga itu dari kelompoknya dan bathinku akan menangis jika aku melihat bunga-bunga itu jadi hiasan yang mengisi vas bunga,” Agil menarik nafas sejenak. “Biarlah bunga itu tumbuh di sana, dekat dengan kelompoknya.”

“Aku tak peduli! Aku hanya ingin kamu memetikkan bunga itu sebagai hadiah ulang tahunku!” Ana kembali menuntut.

Agil menarik nafas dalam-dalam. Gelisah berkecamuk dalam rongga dadanya. Ia berada dalam posisi yang sulit.

“Berapa tangkai yang kau inginkan?” Agil bertanya lembut, sepertinya ia ingin memenuhi permintaan kekasihnya.

“Delapanbelas!” jawab Ana cepat.

“Banyak sekali, An?”

“Sesuai dengan usiaku!”

Agil terdiam. Matanya megitari halaman rumah Ana. Ia menikmati taman mungil yang tampak sejuk, namun tak dapat menyejukkan hatinya. Permintaan kekasihnya telah mengganggu pikirannya.

“Aku ke tempat Anto dan langsung berangkat, An,” Agil berkata seraya memasukkan tangan kanannya di sela tali ransel biru kesayangannya. Ia berlalu meninggalkan Ana, membawa kegalauan di hati. Keinginan Ana menjadi suatu beban berat dalam pikirannya.

Ana terpaku menatap kepergian Agil dengan ransel biru di pungungnya. Ia baru tersadar ketika yang ditatapnya lenyap di sebuah tikungan jalan. Dipandangnya langit. Matahari mulai meninggi.

***

Ana mengusap wajah. Ia menghapus kenangan yang merayapi kelopak matanya. Pandangannya kembali seperti semula. Hamparan Edelweis di hadapannya nampak semakin basah dicumbu gerimis.

Rasa dingin kian menyengat. Ana berlutut. Kedua sahabatnya tetap berdiri dalam diam. Mata mereka memperhatikan setiap gerakan Ana. Satu demi satu kuntum-kuntum Edelweis yang berada dalam genggamannya dilepaskan dan ditancapkan pada tanah yang berbatu. Ana mengembalikan kuntum-kuntum itu pada kelompoknya.

Anto menghitung dalam hati. Delapanbelas. Ya, ada delapanbelas tangkai. Sama seperti jumlah yang dipetik Agil, sahabatnya.

Ana berdiri. Matanya menatapi kuntum-kuntum Edelweis yang baru ia tancapkan. Ia tahu bahwa bunga-bunga itu tak akan pernah bisa tumbuh lagi meski ditanam kembali.

Ana mendesah. “Maafkan aku, Gil,” suara dalam hatinya penuh penyesalan. Air matanya kembali mengaliri pipinya yang bersih. Duka kian terasa menggerogoti jiwa.

Ana tengadah. Kedua tangannya terangkat ke atas, memanjatkan do’a kepada Sang Pencipta. Anto dan Abuh mengikuti. Mereka berdo’a dalam hati. Mereka berdo’a untuk Agil.

Perlahan Ana menurunkan kedua tangannya. Telapak tangannya mengusap wajah, tanda do’anya usai. Kedua sahabatnya melakukan hal yang sama. Usai sudah upacara pengembalian kuntum-kuntum Edelweis.

“Sudah, An?” Anto membuka suara.

Ana mengangguk. Butiran air bening masih terus mengalir dari matanya. Kesedihan masih bersemayam dalam dirinya.

“Hapus air matamu, An! Bukan cuma kamu saja yang merasa kehilangan Agil, kami pun merasakan apa yang sedang kamu rasakan,” Anto mengingatkan.

“Benar, An. Kami pun merasa kehilangan, karena dia sahabat terbaik kami,” Abuh menimpali.

Ana menghapus air matanya dengan jari-jemari tangannya. “Semua ini memag salahku…..”

“Sudahlah, An, nggak usah kamu sesali dan salahkan dirimu sendiri. Itu semua takdir Tuhan,” Anto menggunting kata-kata Ana. Ia tak ingin Ana menyesali diri dan terus larut dalam duka atas kejadian yang telah menimpa kekasihnya.

Sejenak mereka terdiam. Hening. Mata mereka saling bertatapan.

“Bagaimana kalau kita kembali ke Pondok Cisalada sekarang?” Abuh membuka suara dengan ajakan.

Ana dan Anto menganguk, menyetujui ajakan Abuh. Sejenak, mereka menatapi kembali kuntum-kuntum Edelweis yang baru ditancapkan Ana untuk memberi salam terakhir, kemudian melangkah meninggalkan Padang Edelweis.

Gerimis belum berhenti mencumbui hamparan Edelweis. Gerimis belum berhenti membasuh tubuh mereka. Dan gerimis mengiringi langkah mereka menyusuri jalan menuju Pondok Cisalada.

***

Di Pondok Cisalada

Tenda Dome warna biru muda milik Anto tampak basah dijilati gerimis. Namun suasana di dalamnya begitu hangat, disinari lampu gas. Ana duduk memeluk lutut di atas alas plastik. Di wajahnya masih terbersit kedukaan yang mendalam. Di belakangnya, Abuh sibuk menyalakan kompor gas kecil, masak air buat bikin susu cokelat sebagai penghangat tubuh. Sementara Anto berbaring menelentang, kedua tangannya disilangkan di belakang kepala sebagai ganjalan. Matanya menatap pusat tenda. Pikirannya mulai terberai, menyajikan masa lalu. Dan pandangannya mulai terhalang oleh kenangan yang datang mengusik. Anto tak mampu mencegahnya…..

Dalam tatapan Anto…..

“To! Kita berkemas! Kita turun sekarang!” ujar Agil.

“Masih terlalu pagi, Gil. Belum juga Subuh…..lagi pula masih gelap,” sergah Anto tanpa semangat.

“Aku mau buru-buru sampai di Jakarta!”

“Tumben. Nggak biasanya kamu seperti ini. Ada apa sih?” Anto menyelidik.

“Hari ini Ana ulang tahun, aku harus hadir nanti malam!” jelas Agil.

“Oooh…..! Cuma itu toh, aku kira kamu sudah nggak betah di sini.”

“Gimana? Kamu siap untuk berkemas?”

“Siap, Boss!”

“Sementara kamu berkemas, aku ke Padang Edelweis dulu,” Agil berkata sambil melangkah keluar tenda.

“Mau apa kamu ke sana?” Anto bertanya keheranan.

“Ada yang mau aku cari di sana,” jawab Agil sambil berlalu.

Anto berkemas dengan pikiran penuh tanda tanya. Mau apa sahabatnya ke sana? Apa yang dia cari di sana? Bukankah yang ada Cuma hamparan Edelweis? Atau ada yang tertinggal di sana? Entahlah, ia sama sekali tak tahu.

Selesai berkemas, Anto duduk di atas tanah menanti Agil. Ia memeluk lututnya, mencari kehangatan. Sweater hijau lumut yag dipakainya tak mampu menghalau hawa dingin yang menyengat.

Agil muncul dari kegelapan. Sorot redup lampu senter kecil dalam genggaman tangan kanannya samar menyinari langkah kakinya. “Sudah beres, To?” Agil langsung bertanya.

Anto tak menjawab. Matanya menjilati seluruh tubuh Agil. Ia terkejut saat tatapannya terbentur pada sesuatu yang berada dalam genggaman tangan kiri sahabatnya itu. “Apa yang ada dalam genggamanmu itu, Gil? Anto mencari tahu.

“Edelweis.”

“Edelweis?! Apa kamu sudah gila? Anto menarik nafas sejenak. “Kamu sudah berkhianat pada janji! Kamu sudah berkhianat pada alam, Gil!” lanjutnya setengah berteriak. Wajahnya menampakkan kebencian, karena sahabatnya yang dia anggap paling baik dan dekat yang sekarang ini berada di hadapannya, telah mengecewakannya. Agil telah memetik bunga itu. Bunga yang menurut mereka pantang untuk dipetik.

“Aku terpaksa, To. Ana memintaku untuk memetikkannya sebagai hadiah ulang tahunnya,” Agil menjelaskan.

“Apa kamu nggak bisa menolaknya?!”

“Untuk kali ini aku nggak bisa menolaknya, To. Aku sudah berjanji.”

“Berapa yang kau petik?”

“Delapanbelas.”

“Delapanbelas? Banyak sekali!”

“Sesuai dengan usia Ana, delapanbelas tahun.”

Anto terdiam. Dia bingung harus menyalahkan siapa? Andai saja Agil memberitahukan maksudnya ke Padang Edelweis, mungkin ia akan mencegahnya. Sayang, Agil tak memberitahunya. Anto pun berpikir; bagaimana jika dia mengalami hal yang sama seperti sahabatnya? Mungkin juga ia akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Agil, sahabatnya. Dalam hatinya, ia menghapus kekecewaan terhadap Agil dan merelakan semua yang telah diperbuatnya.

“Bagaimana, To? Sudah siap berangkat?” Agil bertanya seraya tangannya mengikat kuntum-kuntum Edelweis dengan saputangan biru donkernya.

“Sudah. Aku sudah siap,” jawab Anto pelan.

“Kita berangkat sekarang!” ujar Agil sambil mengenakan ransel birunya. “Kita ambil jalan pintas melalui arah gunung Puntang!”

“Berarti…..kita lewat bibir kawah, Gil?”

“Yap!”

Berdua mereka melangkah dengan cepat menembus pagi yang masih terbalut kabut, meninggalkan Pondok Cisalada. Agil berada pada posisi depan, melangkah cepat. Tangannya erat menggenggam kuntum-kuntum Edelweis yang baru dipetiknya. Anto setengah berlari di belakangnya, mengimbangi langkah sahabatnya.

“Gil, sebentar lagi kita memasuki bibir kawah. Hati-hati, Gil! Kabut di sana cukup tebal!” setengah berteriak Anto memperingati sahabatnya. Ia berada lima langkah di belakang Agil. Langkahnya tak mampu mengimbangi langkah Agil, ia tertinggal.

“Ya, aku tahu, to!” jawab Agil tanpa mengurangi kecepatan langkahnya.

Mereka terus memacu langkah menembus kabut tebal. Kini mereka telah memasuki bibir kawah Papandayan.

“Gil! Kita sudah berada di bibir kawah, hati-hati, Gil!” Anto mengatur nafasnya sejenak. “Tanah di sini gembur, kurangi kecepatanmu, Gill! Anto kembali mengingatkan sahabatnya.

Tak ada sahutan. Agil tak menghiraukan peringatan sahabatnya. Langkahnya kian dipercepat. Sementara Anto yang berada di belakangnya, diliputi oleh ketidak-mengertian; mengapa Agil melangkah begitu cepat seperti ingin meninggalkannya? Mengapa Agil tak menghiraukan peringatannya? Ada apa dengan Agil? Tak biasanya ia seperti itu.

Tiba-tiba…..

“Aaaaaa…..!” jeritan panjang terdengar disertai dengan suara benturan pada bebatuan tebing kawah. Suara itu milik Agil. Agil terperosok. Kaki kanannya menginjak tanah gembur di bibir kawah. Ia tak mampu mengimbangi tubuhnya…..ia jatuh ke dasar kawah.

Anto mencari sumber suara itu. “Agil…..! Agiiiiil…..!” ia berteriak keras berulang-ulang, memanggil nama sahabatnya. Namun tak ada jawaban. Ia tak mendapatkan Agil. Ia hanya menemukan bekas injakan sepatu Agil di bibir kawah dan sekelompok kuntum Edelweis yang tadi digenggam sahabatnya, masih terikat saputangan biru donker.

Mungkinkah Agil jatuh? Hati Anto bertanya bimbang. Ia kembali berteriak memanggil nama sahabatnya, namun tak ada jawaban. Ia mengulangi kembali pangilannya, lagi-lagi ia tak mendapatkan jawaban. Benarkah Agil jatuh? Hatinya kembali bertanya. Atau ia meningalkannya? Nggak mungkin ia meninggalkanku!, bathinnya.

Anto merasa putus asa. Berkali-kali ia berteriak memanggil sahabatnya, namun tak ada jawaban. Dengan lunglai ia duduk di bibir kawah.

Mentari datang menyapa pagi. Cahayanya yang lembut menembus kabut yang mulai menipis. Anto masih duduk terpekur di bibir kawah. Matanya menatapi dasar kawah, berharap menemukan sosok sahabatnya.

Angin pagi yang berhembus dingin mengajak pergi kabut yang mengisi liang kawah. Cahaya mentari mulai leluasa menyinari dinding dan dasar kawah. Kini dasar kawah sudah nampak jelas terlihat oleh Anto. Namun, sosok Agil tak ia dapati, hanya ransel biru milik sahabatnya yang ia lihat tergeletak di dasar kawah. Di mana Agil? desisnya cemas.

Anto tetap duduk di bibir kawah. Matanya terus menatapi dasar kawah. Ia bertekad terus menanti, berharap Agil muncul di sana. Namun hingga matahari tepat berada di atas kepalanya, sosok sahabatnya tidak nampak juga. Mungkinkah Agil lenyap ditelan bumi? Jika tidak, di mana dia sekarang? Hati Anto dilanda pertanyaan-pertanyaan yang penuh teka-teki. Dengan berat hati, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta sendirian. Ia ingin memberikan bunga Edelweis yang dipetik Agil kepada Ana, sebagai hadiah ulang tahunnya. Galau dalam hatinya mengiringi langkah kakinya menuruni Papandayan, kembali ke Jakarta.

Menjelang malam Anto tiba di muka rumah Ana. Ia mendapati Ana sedang duduk sendirian di teras rumah. Sepertinya ia sedang menanti seseorang.

Melihat ada yang datang, Ana bergegas menghampiri. “Kamu, To? Agil mana?” Ana menyambut dengan pertanyaan.

Anto terdiam. Lidahnya terasa kelu. Wajahnya tertunduk menatapi kuntum-kuntum Edelweis dalam genggamannya. Ia tak kuasa untuk mengatakan kejadian yang menimpa Agil.

“Agil kemana, To?” Ana mengulangi pertanyaannya. Anto tetap terdiam. “Agil kemana, To?” Ana kembali melontarkan pertanyaan seraya kedua tangannya mengguncang-guncangkan kedua bahu Anto.

“Agil tak bisa hadir, An” Anto menarik nafas sejenak. Ana melepas kedua tangannya dari bahu Anto. “Hanya ini yang dapat hadir,” Anto menyerahkan seikat kuntum-kuntum Edelweis kepada Ana dengan mata berkaca-kaca.

Ana menerima kuntum-kuntum itu dengan hati penuh tanda tanya. “Kemana dia, To?”

“Dia…..dia terperosok di kawah Papandayan dan lenyap, An,” Anto tak mampu lagi untuk menutupi hal yang sebenarnya terjadi pada Agil.

Bagai disambar petir Ana mendengar penuturan Anto. Seketika pandangannya menjadi gelap, kemudian jatuh tak sadarkan diri di hadapan Anto.

***

Anto mengusap muka. Membasuh kenangan yang mengerubutinya. Tatapannya kembali seperti semula pada pusat tenda. Kemudian bangkit untuk duduk.

Ana masih duduk memeluk lutut. Hatinya masih larut dalam kedukaan. Dan Abuh telah siap menyajikan tiga gelas susu cokelat panas buatannya.

“Ayo silakan diminum, kalian jangan bengong aja,” Abuh menawarkan.

“Terima kasih, Buh. Nanti saja kuminum, sekarang masih panas,” jawab Anto.

“Biar hangat dulu, Buh,” Ana menyambung kata-kata Anto.

“Terserah kalian, deh,” Abu berkata sambil meniupi susu cokelatnya agar panasnya berkurang.

“Kapan kita ke kawah, To?” Ana bertanya kepada Anto.

“Nanti, kalau gerimis sudah reda.”

“Habis dari kawah, kita langsung pulang, To?” Abuh ikut bertanya.

“Ya. Kalau gerimis berhenti kita langsung berkemas, lalu ke kawah dan setelah itu pulang!” jawab Anto disertai rencananya.

Hening. Tak ada kata-kata lagi. Hanya suara gerimis menetesi atap tenda yang terdengar. Udara dingin di luar tenda merasuki hati mereka.

Beberapa saat pun berlalu. Gerimis telah lelah membasuh bumi Papandayan, akhirnya ia berhenti. Ana dan kedua sahabatnya bergegas untuk berkemas. Merapihkan semua barang bawaannya dan memasukkannya ke dalam ransel masing-masing. Dalam sekejap mereka siap meninggalkan Pondok Cisalada.

***

Di bibir kawah Papandayan

Ana berdiri terpaku menatap dasar kawah. Tangannya memegang sebuah wadah berisi bunga-bunga yang menebarkan keharuman, siap ditebarkan ke dalam kawah sebagai suatu penghormatan dan pelepas kepergian kekasihnya. Sementara Anto dan Abuh sibuk menancapkan sebuah papan tanda di bibir kawah, tepat di mana Agil terperosok. Nama Agil tertera di sana.

Awan mulai berarak. Matahari tak menampakkan cahayanya. Kabut tipis perlahan memenuhi liang kawah. Alam menambah kedukaan mereka.

Dengan segenap duka dan sesal di hati, Ana menaburkan bunga ke dalam kawah. Bunga-bunga itu melayang menembus kabut, jatuh ke dasar kawah. “Maafkan aku, Gil,” suara dalam hatinya.

Tak lama berselang, dalam garis-garis kabut yang mulai menebal tiba-tiba muncul sesosok tubuh dengan perlahan dari dasar kawah. Sosok itu nampak berdiri menatap Ana dengan sorot mata yang teduh.

Samar-samar Ana melihat sosok itu. Hatinya terkejut. Sosok itu semakin jelas terlihat oleh kedua matanya, ia terkesiap. Wajahnya seketika memucat. Agil? bathinnya bertanya.

Sosok itu melambaikan tangannya. Bibirnya menyungging senyum. Ana yakin sosok itu adalah kekasihnya. Ia balas tersenyum seraya melambaikan tangan. Sementara kedua sahabatnya terkesima melihat sosok Agil berdiri di tengah kawah. Mulut mereka ternganga, namun tak mampu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

Hanyut oleh kerinduan yang mendalam, ingin rasanya Ana melangkahkan kakinya menghampiri sosok itu, memeluk dan menciuminya. Namun ia sadar, di depannya adalah sebuah kawah yang dalam dan tak mungkin dapat dilaluinya. Ia hanya mampu beteriak memanggil nama kekasihnya, “Agiiil…..!!!”

Jelas! Sosok itu adalah Agil, kekasihnya. Namun bukan Agil yang dulu lagi. Ia tak dapat berkumpul lagi bersama sahabat-sahabatnya. Ia menampakkan diri sesaat hanya untuk menandai sebuah perpisahan.

Kini, perlahan sosok itu turun menembus garis-garis kabut. Tangannya masih melambai dan senyumnya masih tersunging untuk Ana, kekasihnya, juga untuk kedua sahabatnya. Sosok itu kian tenggelam ke dasar kawah. Sedetik kemudian lenyap dari pandangan, terhalang kabut tebal yang memenuhi kawah.

Di bibir kawah, mereka bertiga masih berdiri menatapi dasar kawah yang terhalang kabut. Mata Ana nampak berkaca-kaca, memendam kesedihan. Begitu pula dengan kedua sahabatnya, mereka pun nampak sedih.

Ana mengusap mata. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Semua terasa bagai mimpi. Di sela keheningan ia berucap, “Maafkan aku, Gil. Aku berjanji akan sering mengunjungimu di sini.”

Mendengar ucapan Ana, kedua sahabatnya saling bertatapan sejenak. Kemudian tersenyum, tanpa arti.

“Sekarang kita pulang yuk!” ajak Ana kepada kedua sahabatnya. Anto dan Abuh mengangguk bareng.